Meluruskan Kesalahan Dr. Azhari Akmal Tarigan (Volume 2)
By : 'Asyirah Aswaja Sumut
Di
dalam buku yang ia tulis ia mengatakan: "Makanya penulis setuju dengan
Russel yang menyatakan, Tuhan ada atau tidak ada itu sama saja. Karena keduanya
tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Kalau begitu menurutnya, "lebih baik
diam saja".
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setujunya Dr. Azhari Akmal Tarigan terhadap pernyataan Russel yg menyatakan
adanya tuhan atau tidak itu sama saja menunjukkan ke "LIBERALAN"
seorang Dr. Yang menjadi dekan FEBI di UIN SU ini semakin jelas.
Hal
ini perlulah ditanggapi dengan tegas, karena pernyataan di atas sangatlah
berbahanya. Jawaban atas statement di atas: Bukti adanya Allah Banyak pakar
yang memperdebatkan masalah ini, banyak bahkan yang mengkaji ulang perihal
masalah yang satu ini, ilmu sekarang betul-betul telah berkembang dan digunakan
untuk menafsir,memperkirakan bahkan memberi kejelasan tentang bukti adanya
Allah,namun ketahuilah wahai sahabat ku sekalian semuanya itu bersumber dari
yang maha pencipta,kau kuat karena dia yang maha kuat,kau hidup karena dia yang
maha hidup,bahkan kau cerdas dan intelek semuanya tiada lain bersumber
dariNya.nah oleh karena itu mari sejenak berfikir dan merenung untuk
mengingatnya. Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu
yang kebenarannya telah diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele).
Namun, di sini akan dikemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya)
Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional.
Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’, dan indera.
1.
Dalil Fitrah Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala
disadari atau tidak, disertai belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu
akan bangkit. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (al-A’raf:172) Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
“Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?,
(az-Zukhruf:87)كُلُّ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari) Ayat dan hadis tersebut
menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami
sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.
Selain itu adanya pernyataan kedua orang tua yang menjadikannya sebagai
Nasrani, Yahudi atau Majusi, tanpa menunjukkan kata menjadikan Islam terkandung
maksud bahwa menjadi Islam adalah tuntutan fitrah. Dari sini bisa disimpulkan
bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah sebagai Tuhan
yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan yang
hakiki menjadi tuhan-tuhan bathil yang menyimpang.
2.
Dalil Akal Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam
semesta dia dapat membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang bisa ditempuh
untuk membuktikan adanya Tuhan melalui akal adalah dengan beberapa teori,
antara lain;
A.
Teori Sebab. Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatarbelakanginya. Adanya
sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang mengubahnya.
Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya. Mustahil pula sesuatu ada dari
ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini akan berakhir dengan teori sebab yang
utama (causa prima), dia adalah Tuhan.
B.
Teori Keteraturan. Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi,
bulan dan bintang-bintang bergerak dengan sangat teratur. Keteraturan ini
mustahil berjalan dengan sendirinya, tanpa ada yang mengatur. Siapakah yang
mempu mengatur alam semesta ini selain dari Tuhan?
C.
Teori Kemungkinan (Problabyitas) Adakah kemungkinan sebuah komputer
ditinggalkan oleh pemiliknya dalam keadaan menyala. Tiba-tiba datang dua ekor
tikus bermain-main di atas tuts keyboard, dan setelah beberapa saat di monitor
muncul bait-bait puisi yang indah dan penuh makna? Dalam pelajaran matematika,
bila sebuah dadu dilempar kemungkinan muncul angka 6 adalah 1/6. Dan bila dua
dadu dilempar kemungkinan munculnya angka 5 dan 5 adalah 1/36. Bila ada satu
set huruf dari a sampai z diambil secara acak, kemungkinan muncul huruf a adalah
1/26. Bila ada lima set huruf diambil secara acak, kemungkinan terbentuknya
sebuah kata T-U-H-A-N adalah 1/265 (satu per duapuluh enam pangkat lima)
=1/11881376. Andaikata puisi di layar komputer itu terdiri dari 100 huruf saja,
maka kemungkinannya adalah 1/26100. Dengan angka kemungkinan sedemikian orang
akan menyatakan tidak mungkin, lalu bagaimanakah alam raya yang terdiri dari
sekian jenis atom, sekian banyak unsur, sekian banyak benda, berapa kemungkinan
dunia ini terjadi secara kebetulan? Kemungkinannya adalah 1/~ (satu per tak
terhingga), atau dengan kata lain tidak mungkin. Jika alam ini tidak mungkin
terjadi dengan kebetulan maka tentunya alam ini ada yang menciptakannya, yaitu
Allah.
3.
Dalil Naqli Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap
adanya Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah swt untuk
mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan
yang sebenarnya. Allah menjelaskan tentang jati diri-Nya di dalam Al-Qur’an;
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.(al-A’raf:54) Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta
alam dan seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya.
4.
Dalil Inderawi Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui
dua fenomena:
A.
Fenomena Pengabulan do’a Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa
orang-orang yang berdoa serta memohon pertolongan-Nya yang diberikan kepada
orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang
wujud Allah Swt. Allah berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika
dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta
keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76) “(Ingatlah), ketika kamu
memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu” (Al Anfaal:
9) Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari
Jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah.
Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh
warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua
tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung.
Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada
Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul
Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami
ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya,
seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan
Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak
mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al
Bukhari)
B.
Fenomena Mukjizat Terkadang para nabi diutus dengan disertai tanda-tanda adanya
Allah secara inderawi yang disebut mukjizat. Mukjizat ini dapat disaksikan atau
didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang Mengurus
para nabi tersebut, yaitu Allah swt. Karena hal-hal itu berada di luar
kemampuan manusia, Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para
rasul. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa as. Agar memukul laut dengan
tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu menjadi dua belas
jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi seperti
gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman, “Lalu Kami wahyukan kepada Musa:
“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.: Maka terbelahlah lautan itu dan
tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63) Contoh
kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang sudah
mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt berfirman:
“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah” (Ali Imran: 49) “dan
(ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya (menjadi hidup)
dengan ijin-Ku.” (Al Maidah 110)
Nah
itu dia wahai saudaraku,seharusnya dari beberapa dalil di atas kita telah
mendapat ilmu dan harusnya berfikir lebih jauh lagi, semoga apa yang saya
bagikan ini berguna untuk kita semua, terkhusus kepada saya sendiri juga, akhir
kalam mari sejenak berfikir dan Menundukan kepala atas kuasanya dan
kebenarannya, karena sungguh hanya orang yang berfikirlah yang akan sampai pada
kebenarannya.
Wallahu
waliyyut taufiq.
oleh
: Ustadz Muzani Al Fadani
(Ketua
Biro Dakwah 'Asyirah ASWAJA SUMUT)
Tag :
Liberal,